Sebuah sapaan, yang lebih dari cukup aku menerimanya. Cukup hangat yang membuat malam dingin bergerimis terseka. Biar dia yang menggoda saat lirihku ikut berargumen. Sedang pikiranku tidak kemana-mana hanya menatap kosong buku yang dari tadi aku pegang. Membolak-balikkan halaman dengan huruf-huruf kecil penuh makna, yang tak bisa aku maknai. Walau sebelumnya aku rasa ada yang kurang. Akhirnya kekurangan itu terselamatkan oleh dia yang menyapaku. Lirihku lagi.
~Aku~