Lirihku Lagi

Sebuah sapaan, yang lebih dari cukup aku menerimanya. Cukup hangat yang membuat malam dingin bergerimis terseka. Biar dia yang menggoda saat lirihku ikut berargumen. Sedang pikiranku tidak kemana-mana hanya menatap kosong buku yang dari tadi aku pegang. Membolak-balikkan halaman dengan huruf-huruf kecil penuh makna, yang tak bisa aku maknai. Walau sebelumnya aku rasa ada yang kurang. Akhirnya kekurangan itu terselamatkan oleh dia yang menyapaku. Lirihku lagi.

~Aku~

Lebur Bersamamu

image

Hey awan putih berbalut rindu bergeser sesuai hembusan angin. Berpindah pada bagian bumi yang lain. Berbelok pada titik tertentu. Memuai karena terik hari ini ikut berpantulan pada laut lepas itu.

Aku yang cukup menikmatinya sendiri dengan suara-suaramu yang masih aku simpan dengan baik pada ponselku. Tidak, aku simpan baik pada ingatanku. Suara canda itu. Atau lirik-lirik lagu pada maknanya. Terucap begitu saja.

Aku masih dengan baik menikmatinya bersama leburan ombak pada ujung penglihatanku. Aku bukan kehilangan arah, tapi aku ingin berjalan mengikuti arah angin. Seperti awan-awan itu. Hingga akupun turut lebur kau telan. Lebur bersamamu.

~Kau~

Kering

Jika peka adalah yang harus dimiliki semua, maka mungkin aku bukan. Atau jika suatu hari ingin aku dimengerti, maka aku tidak ingin karena peka itu, atau malah iba. Tapi karena memang hatinya ingin melakukannya karena dorongan itu mendesaknya, bukan karena melihat keadaannya atau menyedihi kondisinya.
Ada titik balik dari endapan luka yang ingin bebas menyeruak lalu menggerogoti dirinya. Titik balik keputus asaan yang bukan ingin ditangisi. Atau ada bagian terlemah yang sudah tak terbendung untuk kemudian bulir-bulir itu pecah melintas pipinya.
Hanya bungkam sepertinya yang tak pula meresahkan siapapun. Seperti yang memang tak memiliki harapan. Kering.

~Kau~

Istirahat Dari Keramaian

image

Aku pasrah bukan berarti aku menyerah pada keadaan, tapi aku biarkan keadaan untuk menunjukkannya padaku. Aku bukan tidak ingin memperjuangkannya lagi, tapi mungkin ini bukan jalan yang harus aku lalui. Seperti aku selamanya harus di sini. Atau semua akan selesai jika aku harus pergi. Biarkan keadaan yang nanti menghantarkannya pada keingintahuanmu. Hingga tak perlu aku yang berusaha memperlihatkannya. Meski aku belum lelah, tapi aku butuh istirahat. Istirahat dari keramaian.

~Kau~